Mitos Maskulinitas Alternatif dalam Film Terlalu Tampan Perspektif Semiotika Roland Barthes
Keywords:
Film, Maskulinitas, Mitos, Semiotika Roland BarthesAbstract
Film “Terlalu Tampan” menggambarkan berbagai jenis maskulinitas, seperti maskulinitas pada tahun sebelum tahun 1980an, tahun 1980an, tahun 1990an, dan tahun 2000an. Bahkan, ada tipe maskulinitas Korea Selatan (delicate manliness) di film ini. Dalam artikel berikut ini memiliki metode pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes yang umumnya berfokus pada pemahaman mendalam tentang makna yang terkandung dalam film, tanpa mengandalkan angka atau statistik. Semiotika Roland Barthes mempunyai tahapan, yaitu analisis denotasi dan konotasi yang berarti menggunakan dua tingkat pemaknaan yang diusulkan oleh Barthes, yaitu denotasi (makna literal) dan konotasi (makna yang lebih dalam dan simbolis) serta mitos di dalamnya. Melalui karakter-karakter yang menunjukkan "kerentanan, empati," dan "komunikasi terbuka", yang sering dianggap tabu dalam masyarakat, film ini menantang standar maskulinitas konvensional. Mitos bahwa pria tidak peka terhadap perasaan dibongkar, menunjukkan bahwa ekspresi perasaan adalah bagian dari kekuatan daripada kelemahan. Film tersebut juga menentang gagasan bahwa maskulinitas dikaitkan dengan kekuatan fisik dan dominasi, dan menekankan betapa pentingnya kekuatan fisik dan dominasi dan menekankan pentingnya kualitas karakter dan hubungan yang mendukung. Dengan cara ini, "Terlalu Tampan" berfungsi sebagai hiburan dan kritik sosial yang mendorong penonton untuk meredefinisi konsep maskulinitas alternatif mereka.