Aura Farming dalam Tradisi Pacu Jalur: Representasi Diplomasi Kebudayaan Indonesia di Era Digital
Keywords:
Pacu Jalur, Aura Farming, Diplomasi Budaya, Etnografi Digital, Media SosialAbstract
Fenomena Aura Farming dalam tradisi Pacu Jalur menjadi contoh nyata bagaimana budaya lokal Indonesia dapat memperoleh makna baru di era digital. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tren Aura Farming yang muncul pada tradisi Pacu Jalur dapat berfungsi sebagai bentuk diplomasi kebudayaan Indonesia di ruang digital, khususnya melalui penyebaran konten di media sosial. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi digital, penelitian ini menganalisis konten, komentar, serta interaksi pengguna di platform seperti TikTok, Instagram, dan X (Twitter) terkait tren Aura Farming. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viralitas Pacu Jalur melalui video anak pendayung yang karismatik mampu memperkenalkan nilai-nilai gotong royong, kepercayaan diri, dan kebersamaan masyarakat Riau ke khalayak global. Namun, fenomena ini juga menimbulkan tantangan berupa dekontekstualisasi budaya, di mana makna ritual Pacu Jalur berisiko tereduksi menjadi hiburan visual. Meski demikian, tren ini tetap berpotensi menjadi instrumen efektif diplomasi budaya berbasis partisipasi digital, sekaligus menegaskan pergeseran paradigma dari diplomasi top-down menuju bottom-up cultural diplomacy yang digerakkan oleh masyarakat.
